Pages

Melepaskan

Mohamadmafaza - Seseorang itu hadir, tidak ku ketahui kenapa dia hadir tanpa ku harapkan sebelumnya. Berawal dari hal kecil, seseorang itu telah mengubah diriku. Mengubah hal yang sebelumnya belum terlintas di benakku. 

Dalam perjalanan itu, aku mulai keluar dari batas zona. Aku mulai sadar, bahwa ini merupakan korban dari perkataanku dengan temanku dulu. Dari situ aku mulai berpikir, bahwa nge-judge merupakan hal yang akan menjadi boomerang, dan itu telah ku alami. Disitu aku mulai seperti dihakimi oleh perkataanku itu. Aku mulai tidak bisa mengendalikan diri, perasaan ini semakin jauh, amat sangat jauh.

Dari perasaan itu, aku mulai merasa di dalam penjara perasaan, di dalam penjara yang sulit untuk keluar. Hal-hal yang sebelumnya aku belum mengetahui, mulai aku ketahui, terutama mulai mengetahui pribadiku lebih dalam.  Belajar demi belajar aku lalui, belajar sabar, belajar mengendalikan diri, dan belajar menjadi pribadi yang tidak egois.

Bukan hal yang sia-sia, aku mulai mengambil hikmahnya. Dari situ aku mulai berinteraksi dengan dewasa, dan mulai merencakan kedepannya dengan matang.



Hari demi hari, Minggu demi minggu, Bulan demi bulan, ku lalui. Aku terkadang masih berpikir tentang seseorang yang lain, tentu dengan orang yang pernah membuatku sangat berkesan. Tapi dari pemikiran itu, aku selalu berpikir bahwa ini tidak  semestinya harus aku harapkan dalam-dalam, karna saat itu aku sedang bersama orang yang tidak aku harapkan tadi.

Aku berusaha melupakan, tapi keberpihakan itu seperti sangat kuat. Aku pikir ini bukan saatnya berpikir yang tidak mungkin untukku, tapi aku coba untuk berpikir kedepan, ini bisa jadi gangguan.

Bulan demi bulan berlalu, sampailah pada titik jenuh. Disaat jenuh itu, mulailah melepaskan adalah hal yang harus aku lakukan. Disamping rasa yang dilepas, masih terbenak hati yang tidak menentu. Inilah proses belajar kembali aku lalui.

Pada akhirnya perasaan ini mulai habis dengan sendriinya,, tapi masih ada sisa-sisa yang masih belum keluar dari benak. 

Dengan kata-kata seorang malaikat yang dikiriman ke bumi (ibu), akhirnya aku mulai untuk melepaskan semua kegundahan hati. Dari itu, aku mulai belajar kembali untuk setia pada komitmen yang pernah aku buat.

Tak terasa jauh-jauh hari ku lalui dengan hal yang biasa saja. Beberapa hal pernah aku utarakan, dan pada akhirnya hal itu menjadi boomerang.

Seperti halnya air mengalir, air itupun sedikit banyak sudah membasahi sekitar. Dari air itu, aku mulai untuk mengambilnya. Aku berharap air ini bisa menjadi air pendingin, bahkan bisa menjadi air menyegarkan hati. Tapi tidak, air itu menjadi keruh, dan membuatku ingin menghentikan aliran air ini.

Ibu, akhirnya aku berbicara dengannya. Dengan hati yang ikhlas, tanpa ada paksaan, dan dari keruhnya air tersebut, aku mulai menutup sumber air itu. Mulai melepaskan apa-apa yang bisa menyebabkan air keruh itu kembali.

Dari tulisan diatas, ada satu hal yang paling penting. Aku masih berpihak denganmu, si periang rindu, yang pernah membuat masa-masa berkesan dulu, masa-masa akhir, yang membuatku menyesal untuk melepaskan masa itu. 

Semua, hanya Allah yang tau :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

copyright © . all rights reserved. designed by Color and Code

grid layout coding by helpblogger.com